Disini Yesus mau menekankan bahwa tugas essensial seorang gembala adalah melayani para domba, bahkan meletakan nyawanya bagi domba-dombanya. "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya" (Yoh 10; 11). Gagasan seorang gembala sebagai pelayan ini muncul lagi setelah peristiwa kebangkitan ketika Yesus 12442. domba ternak hewan wol. 86 6. domba gunung alam. 65 22. sylt siku domba rumput. 77 14. domba lumut. 69 90. Ketikaibadat dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem, padang rumput di sekitar Betlehem menjadi tempat di mana sekelompok khusus gembala memelihara anak domba-anak domba yang akan menjadi korban persembahan dimana hidup domba-domba tersebut harus tidak bercacat cela, sebab domba-domba tsb akan menjadi persembahan yang kudus bagi Tuhan. Diaakan menempatkan domba di sebelah kanan-Nya dan kambing di sebelah kiri-Nya (ay. 33). Umat yang berkarakter domba yaitu mereka yang 34:1-31 menggambarkan sangat kontras antara karakter gembala jahat (para raja, nabi palsu, imam dan para pemimpin Israel) versus karakter Gembala Yang Baik. Gembala yang jahat itu membiarkan umat yang lemah Sebabbagi orang Israel, Gembala mereka adalah Allah sendiri (Maz. 23:1; 80:2). Dia sedang menyamakan diri-Nya dengan Yehovah, Gembala Israel yang digambarkan dalam Perjanjian Lama. Bahkan Sang Gembala bersedia menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan domba-domba-Nya. Menyerahkan nyawa di sini bukan hanya berarti "untuk kepentingan Vay Tiền Nhanh Ggads. ”Seperti seorang gembala ia akan menggembalakan kawanannya. Dengan lengannya ia akan mengumpulkan anak-anak domba; dan di dadanya ia akan membawa mereka.”​—YESAYA 4011. GEMBALA sering disebutkan dalam Alkitab, mulai dari buku yang pertama, Kejadian, sampai buku yang terakhir, Penyingkapan, atau Wahyu. Kejadian 42; Penyingkapan 125 Tokoh-tokoh seperti Abraham, Musa, dan Raja Daud, adalah gembala. Sang pemazmur Daud dengan indah melukiskan tanggung jawab dan kekhawatiran seorang gembala yang baik. Dan, sebuah mazmur yang bisa jadi ditulis oleh Asaf menyebut Daud sebagai gembala atas umat Allah pada zaman dahulu.​—Mazmur 7870-72. Belakangan, pada zaman Yesus, menggembalakan domba masih merupakan pekerjaan yang penting. Yesus menyebut dirinya ”gembala yang baik” dan sering menggunakan sifat-sifat gembala yang baik untuk mengajarkan hal-hal penting. Yohanes 102-4, 11 Bahkan, Allah Yehuwa Yang Mahakuasa, disamakan dengan ”seorang gembala”.​—Yesaya 4010, 11; Mazmur 231-4. Binatang apa saja yang diurus oleh seorang gembala? Apa saja yang harus ia lakukan? Apa yang bisa kita pelajari dari para gembala yang bekerja keras? Domba dan Kambing Para gembala di Israel kuno kemungkinan besar mengurus domba-domba Karakul, yang memiliki ekor yang besar dan berlemak serta bulu yang tebal. Yang jantan bertanduk, sementara yang betina tidak. Binatang-binatang yang jinak ini penurut dan sama sekali tidak berdaya menghadapi alam sekitar dan pemangsa. Gembala juga mengurus kambing. Biasanya, kambing berwarna hitam atau cokelat. Kuping mereka, yang panjang dan terkelepai, mudah robek karena tersangkut duri dan semak belukar ketika mereka memanjat lereng bukit yang berbatu dan makan di semak-semak. Gembala harus terus melatih domba dan kambing untuk mematuhi perintahnya. Hal ini tidaklah mudah. Walaupun begitu, gembala yang baik merawat kawanannya dengan lembut, bahkan memberi mereka nama yang mereka kenali.​—Yohanes 1014, 16. Pekerjaan Gembala di Berbagai Musim Pada musim semi, gembala setiap hari menggiring kawanan dari kandang di dekat rumahnya agar mereka bisa merumput di padang yang subur dan hijau. Selama musim ini, kawanan akan bertambah besar karena kelahiran anak-anak domba dan kambing. Pada saat itu, para pekerja juga akan memangkas bulu domba, dan ini adalah saat yang menggembirakan! Seseorang yang sederhana mungkin hanya punya beberapa ekor domba. Jadi, dia sering meminta bantuan seorang gembala upahan, yang akan menggabungkan beberapa kawanan kecil. Gembala upahan biasanya tidak terlalu memedulikan ternak yang bukan miliknya.​—Yohanes 1012, 13. Setelah ladang di dekat desanya selesai dipanen, para gembala akan membawa dombanya untuk memakan tunas dan biji-bijian yang tersisa. Saat musim panas tiba, para gembala memindahkan kawanan ke padang yang lebih sejuk di dataran tinggi. Para gembala bisa bekerja dan tidur di alam terbuka hingga berhari-hari, supaya kawanan bisa merumput di tebing yang hijau. Pada malam hari, ia tidak tidur untuk menjaga kawanan. Kadang-kadang, gembala bisa membawa kawanan ke dalam gua di malam hari, sehingga mereka terlindung dari anjing hutan dan dubuk. Jika lolongan seekor dubuk membuat panik kawanan di kegelapan malam, suara sang gembala yang lembut dan menenteramkan akan menenangkan mereka. Setiap malam, gembala akan menghitung dan memastikan kesehatan setiap domba. Di pagi hari, ia akan memanggil kawanan, dan mereka akan mengikutinya ke padang rumput. Yohanes 103, 4 Pada tengah hari, gembala menuntun kawanan untuk minum dari kolam air yang sejuk. Saat kolam air mengering, gembala menggiring mereka ke sumur dan menimba air untuk mereka. Menjelang berakhirnya musim kering, seorang gembala mungkin akan memindahkan kawanannya ke daerah pesisir dan lembah. Saat musim dingin datang, sang gembala akan menggiring kawanan kembali ke kandang yang tertutup. Jika tidak, domba-domba tersebut bisa mati karena hujan deras, badai es, dan salju. Dari bulan November sampai musim semi, para gembala tidak akan membawa kawanan mereka ke luar. Perlengkapan Kerja Pakaian gembala sederhana namun kuat. Untuk melindunginya dari hujan dan udara malam yang dingin, ia bisa jadi memakai mantel yang terbuat dari bulu domba, dengan bagian bulu di sebelah dalam. Di balik mantelnya, ia mengenakan baju panjang. Sandal yang ia pakai melindungi kakinya dari kerikil tajam dan duri, dan ia mengikatkan kain wol di kepalanya. Perlengkapan seorang gembala biasanya mencakup Sebuah tas kulit yang berisi persediaan makanan, seperti roti, zaitun, buah kering, dan keju 1; kayu pemukul sebagai senjata yang kuat, biasanya sepanjang satu meter dengan batu-batu tajam di ujungnya 2; pisau 3; tongkat, yang digunakan sang gembala untuk menopang tubuhnya sewaktu berjalan atau mendaki 4; tempat air minum 5; wadah lipat dari kulit untuk menimba air dari sumur yang dalam 6; katapel, untuk melontarkan batu ke arah domba atau kambing yang mulai menjauh agar kembali, atau untuk mengusir binatang buas yang mengintai 7; dan seruling, yang ia mainkan sebagai hiburan dan untuk menenangkan kawanan 8. Dari binatang-binatang yang diurusnya, sang gembala memperoleh bahan-bahan pokok, seperti susu dan daging. Bulu dan kulit domba digunakan untuk membuat pakaian dan tempat air, juga sebagai alat tukar. Bulu kambing dipintal menjadi kain, dan domba maupun kambing digunakan sebagai binatang korban. Teladan bagi Kita Gembala yang baik bisa diandalkan, rajin, dan berani. Mereka bahkan mempertaruhkan nyawa untuk melindungi kawanan.​—1 Samuel 1734-36. Maka, tidak mengherankan jika Yesus dan murid-muridnya menganjurkan para pengawas Kristen untuk meniru para gembala. Yohanes 2115-17; Kisah 2028 Sama seperti gembala yang baik pada zaman Alkitab, para pengawas di sidang jemaat dewasa ini berupaya keras untuk ’menggembalakan kawanan domba Allah yang ada dalam pemeliharaan [mereka], tidak dengan terpaksa, tetapi dengan rela; juga tidak karena mencintai keuntungan yang diperoleh dengan tidak jujur, tetapi dengan penuh semangat’.​—1 Petrus 52. Keluarga Rebank telah turun-temurun beternak domba di bagian utara Inggris. Dalam bukunya yang luar biasa, The Shepherd’s Life Kehidupan Seorang Gembala, James Rebank menceritakan bagaimana keluarga mereka membangun sebuah peternakan dengan menggarap area kecil yang ditumbuhi alang-alang dan onak. Hanya gembala-gembala tangguh yang dapat melakukan pekerjaan seperti ini. Keluarga Rebank bekerja keras untuk memelihara hidup domba-domba jenis Herdwick milik mereka di sepanjang musim dingin yang panjang dan gelap, di tengah ancaman es dan hawa dingin serta jarangnya rumput di padang. Sepanjang tahun, mereka berjuang melindungi domba peliharaan mereka dari penyakit dan mengusir hewan-hewan pemangsa. Mereka mengawasi kawanan domba mereka dengan keuletan yang teguh, kasih sayang yang lembut, dan kegigihan yang tangguh. Seperti gembala pada umumnya, keluarga Rebank senantiasa penuh perhatian dan murah hati. Mereka memberikan segalanya demi domba-domba mereka. Kisah yang ditulis James Rebank itu menggugurkan bayangan kita akan indah dan romantisnya beternak domba. Para gembala tidak menghabiskan hari-hari mereka dengan berjalan-jalan melalui kawasan pedesaan yang subur sambil bermain-main dengan hewan yang lucu. Mereka benar-benar menghadapi bahaya. Pikirkanlah gambaran Mazmur 23. Doa yang sangat terkenal ini—dan penghiburan yang ditawarkannya—menyatakan satu kebenaran mendasar Sang Gembala selalu menjaga kita. “Tuhan adalah gembalaku,” kata sang pemazmur, “takkan kekurangan aku” 231. Kalimat ini mendasari seluruh kelanjutan mazmur ini—dan seluruh hidup kita. Kata-kata ini tidak mengabaikan suramnya realitas kehidupan yang kita hadapi. Namun, kata-kata penghiburan ini mengumumkan sebuah pernyataan yang nyata Karena kita mempunyai Gembala yang baik, kita memiliki segala yang kita butuhkan. Gembala itu menuntun kita kepada padang rumput yang hijau di pinggir air yang tenang dan segar. Dia menyegarkan jiwa-jiwa kita yang lelah, sedih, dan gelisah. Sayangnya, seperti kata pemazmur, kita masih harus “berjalan dalam lembah kekelaman” Namun, bahkan di sana pun kita dapat menolak untuk takut—bukan karena kita mampu mengendalikan situasi yang ada, tetapi karena kita telah bertemu dengan Sang Gembala yang dapat diandalkan, dan kesetiaan-Nya untuk menyertai itu memusnahkan segala ketakutan kita. “Aku tidak takut bahaya,” kata pemazmur, “sebab Engkau besertaku” Dalam dua minggu terakhir, ada beragam pesan dan kabar menyedihkan yang saya terima. Seorang teman harus melarikan suaminya ke rumah sakit karena penyakit yang mengancam nyawa. Seorang teman lain terancam kehilangan apartemennya karena tidak bisa membayar sewa. Dunia menyaksikan bagaimana COVID-19 mengancam seluruh sendi kehidupan yang kita jalani. Di mana-mana, begitu banyak orang benar-benar membutuhkan pertolongan, tetapi bahkan di tengah kengerian yang sangat nyata, sang pemazmur mengatakan bahwa kita tidak perlu takut. Ketika musuh hendak menerkam kita dengan taring-taringnya yang tajam, Sang Gembala melawannya dengan penuh kuasa dan kegigihan. Kita tidak perlu takut karena kita memiliki seorang Gembala yang baik dan berkuasa. Gada dan tongkat-Nya menghibur kita Tongkat kait yang digunakan untuk menarik domba yang tersesat dari pinggir jurang dan gada alat pukul yang digunakan untuk memukul pergi hewan pemangsa itu menyatakan bagaimana Sang Gembala adalah pribadi yang lembut sekaligus tangguh. Lebih dari itu, Gembala kita juga menyediakan pesta perjamuan di tengah kesulitan kita. Dia memberikan kelimpahan—lebih dari yang kita butuhkan Gembala kita selalu mengawasi demi kebaikan kita, mencari kita dengan tiada lelah, dan mengenyahkan musuh yang hendak mengusik kita. Orang-orang Kristen mula-mula membaca Mazmur 23 dengan memahami bahwa Yesus adalah Sang Gembala yang sejati. Sebenarnya kita tidak perlu membaca tulisan-tulisan kuno untuk membuat kaitan tersebut, karena Yesus sendiri sudah melakukannya. “Akulah gembala yang baik,” kata-Nya Yoh. 1011. Segala sesuatu yang dilakukan sang gembala dalam Mazmur 23 sekarang dilakukan Yesus untuk kita. Karena Dialah Gembala kita yang baik, kita mempunyai segala sesuatu yang kita perlukan. Tuhan Yesus memberikan kita istirahat yang tenang. Dia memulihkan hati kita yang hancur. Dia membawa kita melewati lembah kekelaman bukan mengitari, tetapi melewatinya. Ketika kita tersesat, Yesus memperlakukan kita dengan baik, lembut, dan penuh kasih. Ketika musuh hendak menerkam kita dengan taring-taringnya yang tajam, Sang Gembala melawannya dengan penuh kuasa dan kegigihan. Jika kita ingin mengenal karakter Yesus, kita dapat melakukannya dengan menggali karakter sang gembala dalam Mazmur 23. Yesus setia dan tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia murah hati dan selalu menyediakan kebutuhan kita. Dia bijaksana dan selalu mengetahui apa yang sungguh kita butuhkan. Yesus lemah lembut dan membalut hati kita yang cemas. Dia kuat dan sanggup melindungi kita dari apa pun yang mengancam kita bahkan dari hal-hal dalam diri yang cenderung merugikan kita sendiri. Yesus pantang menyerah dan setia mencari kita dengan kasih-Nya sampai akhir. Di Israel masa kini, para gembala sering tidur dekat domba-domba mereka supaya dapat berjaga-jaga sepanjang malam. Para gembala masih sering membawa gada untuk mengusir hewan pemangsa. Mereka menggunakan cara memanggil yang unik sebagai sinyal untuk memberi tahu domba-domba itu bahwa mereka dekat. Suatu kali di Israel, saya mengamati para gembala dengan kagum. Kemampuan, kegesitan, dan pengenalan mereka akan domba-domba dan lingkungan pedesaan di sana sungguh menginspirasi saya. Saya juga dikuatkan melihat kelemahlembutan mereka dalam memelihara kawanan mereka dan juga kesigapan untuk melindungi domba-domba itu dari bahaya. Domba-domba itu pun tinggal tenang dan aman dalam pemeliharaan sang gembala. Demikian pula dengan kita. –Winn Collier, penulis Our Daily Bread Persembahan kasih seberapa pun dari para pembaca di Indonesia memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup. Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau denominasi apa pun.

gembala domba di israel